Sejarah desa
SEJARAH DESA TANJUNG ATAP
Desa Tanjung Atap merupakan desa tertua di kecamatan Tanjung Batu Ogan Ilir Sumatera selatan. Selain itu desa Tanjung Atap juga merupakan desa pertama yang menganut agama Islam di kecamatan Tanjung Batu yang dibawa oleh Said Umar Baginda Sari.
Pada tahun 1557 abad ke-16 datanglah sebuah rejung (perahu layar) kesebuah pulau (pulau kramat), rejung tersebut datang dari Serang Banten Jawa barat dikomandani oleh Said Umar Baginda Sari putra patahilah (pendiri jakarta) bersama enam anak buahnya, diantaranya Said Makdum, Surirani, Darah Putih yang bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Selanjutnya pada tahun tersebut Said Umar Baginda Sari beserta anak buahnya barlayar dari Cerebon ke Banten untuk berjumpa dengan saudaranya (Sunan Hasanuddin). Sewaktu beliau dan anak buahnya berada disana, tiba-tiba datang serangan dari VOC (Belanda) yang bermaksud untuk menjajah. Dengan adanya seranagan itu, beliau dan kawan-kawanya menyingkirkan diri, sehingga haluan rejung diarahkan ke selat sunda, langsung menyusuri pulau Sumatera. Selain untuk menyelamatkan diri beliau juga sudah berniat ingin datang ke Sumatera Selatan untuk mengunjungi sanak kerabatnya yang berada di Palembang. Ibu Said Umar Baginda Sari atau istri Fattahillah merupakan putri dari Raden Fatah yang sekarang nama tersebut digunakan sebagai nama sebuah perguruan tinggi yang dulunya bernama Institut Islam Negri Raden Fatah Palembang yang sudah bertransfortasi menjadi Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang.
Setibanya diselat Bangka, rejung diarahkan ke sungai Ogan langsung kehulu menyusuri sungai Ogan tersebut. Setelah beberapa hari menyusuri sungai Ogan, sampailah kemuara Lebak yang luas (Lebak Meranjat). Kemudian rejung dibelokan kekanan mengarungi lebak tersebut sehingga sampai kesebuah pulau, pulau tersebut dinamai beliau pulau karam. Selama beliau dan anak buahnya di pulau karam tersebut. Mereka merasa aman, karena pulau karam ini terletak di tengah-tengah lebak dan dari pulau ini pula beliau mudah melihat musuh. yang datang untuk mendesak beliau dan dari sini pulalah beliau mudah mendesak musuh sehingga daerah ini dinamakan dengan pulau penesak.
Setelah beliau menetap di pulau ini terpandang lah oleh beliau arah ke barat sebuah tanjung, tanpa berpikir panjang Said Umar Baginda Sari dan anak buhnya langsung mengunjungi tanjugan tersebut rupanya di tanjung ini ada pondok beratap, ternyata yang diatapi tersebuat adalah sebuah kuburan yang sampai sekarag pun tidak tahu kuburan siapa dan keramatkan, yang jelas orang tersebut bukan sembarangan orang dan pasti memiliki ilmu yang sangat tinggi karena sewaktu beliau berada di sana beliau mengamati burung yang terbang melangkahi kuburan tersebut, tetapi malang bagi burung itu setelah melangkahi kuburan burung itu jatuh hingga mati dan konon katany apapun yang melintas diatas kuburan itu, maka akan terjatuh sama halnya seperti burung yang malang tadi.
Maka sejak itu tanjung ini dinamai beliau tanjung atap hingga sekarang, dan beliau serta kawan-kawanya menetap di Tanjung Atap, selanjutnya beliau memerintakan anak buahnya mencari penghuni yang menghuni sekitar desa Tanjung Atap, maka terdapatlah oleh anak buahnya Oleh karena itu Said Umar Baginda Sari mulai memperkenalkan mereka pada Agama Islam sekelompok manusia di Paya Bulu Rawang, kelompok ini namanya Kubu Selebar Tapak. Kubu Selebar Tapak ini dikepalai oleh seorang hulu balang yang gagah berani namanya Sang Raja Setan, Sang Raja setan adalah ketua suku kubu selebar daun dimana pada saat itu mereka belum mengenal yang namanya Tuhan atau Agama. Sistem kepercayaan yang mereka anut adalah animisme (kepercayaan pada hal-hal goib)., dan kemudian mereka semua diajak atau dipindahkan di tajung atap.
Setelah beberapa hari beliau mendapat kabar bahwa disebelah barat tanjung atap ada pula sekelompok manusia namanya kubu Payah Lintah dan beliau memerintahkan anak buahnya Said Makdum untuk mendatangi kubu tersebut. Setibanya Said Makdum dikubu tersebut disambut baik oleh penduduk yang berdiam disana dengan rukunnya, Said Makdum terkenal dengan tutur katanya yang baik, siapapun yang berbicara dengannya pasti akan tertarik dan menyukainya. sehingga beliau dikawin dengan perempuan yang paling cantik di kubu tersebut namanya Haya. Haya merupakan anak dari kepala suku kubu Payah Lintah.
Daerah pulau Lintah ini sangat rawan, karena penduduk sering diserang oleh Sindai dan binatang buas maka dengan adanya ini Said Makdum musyawarah dengan peduduk agar segera pindah dari daerah ini, hasil musyawarah pulau Lintah di tinggalkan menuju daerah yang aman tempat yang aman itu ialah di sebuah tanjung yang banyak terdapat batu dan berdekatan dengan desa tanjung atap, tajungan ini dinamakan beliau tanjung batu. Hingga sekarang makam Said Makdum di Tanjung Batu Dusun I.
Setelah disusun perangkat desa tanjung atap dan tanjung batu, maka dengan mudahnya beliau mengajarkan agama islam sehingga sampai sekarang. Semasa hidup beliau, disamping tugas mengajar/ menyebarkan agama islam, beliau berdagang rempah-rempah untuk menambah nafkah sampai ke daerah Kenten Palembang. Bila mana beliau berpergian, untuk menjaga keamanan desa diserahkan kepada Sang Raja Setan ( Kepala suku kubu selebar tapak )
Selanjutnya, tiap-tiap beliau datang kekenten, selalu di intip oleh Rio Kenten/ kawan-kawannya, dengan maksud untuk merampok beliau. Pada suatu hari beliau datang ke kenten datanglah Rio Kenten ke rejung untuk menemui beliau untuk berniaga, dengan cara membawa guci dan diterima beliau dengan baik. Maksud Rio Kenten membawa guci itu semua barang-barang yang berharga dalam rejung akan dimasukkannya kedalam guci dan dijatuhkan ke sungai dan anak buahnya sudah menunggu di hilir sungai.
Tetapi malang bagi rio kenten maksud jatuhnya deketahui oleh Baginda Umar, lalu diberi oleh beliau secangkir air untuk minum. Dengan rasa kehausan air tersebut diminum oleh Rio Kenten, sehabis dari minum air yang disuguhkan oleh Baginda Umar Rio Kenten tak sadarkan diri lagi dan tertidur dengan nyenyaknya.
Kemudian Umar Baginda Sari memerintahkan kepada anak buahnya membongkar sauk, sauk dibongkar layar-layar dipasang haluan menuju pulau ke tanjung atap ketika rejung samapai di lebak meranjat, Rio Kenten di bangunkan dengan merasa terkejut Rio Kenten terbangun sambil berkata “ diamana saya ini “.
Setelah sampai ketanjung atap beliau memanggil hulu balangnya (Raja Setan), lalu Rio Kenten dan Raja Setan bertarung, tetapi sayang dalam pertarungan ini raja setan kalah. Dengan kekalahan raja setan ini, ia meminta kepada Baginda Umar supaya Rio Kenten di asingkan ke rawang paya bulu lalu di asingkan disana sampai sekarang tempat tersebut dinamai Lebung Keriondan di tempat tersebut banyak terdapat guci. Setelah bertahun-tahun Rio Kenten disana, dia menderita sakit parah lalu dipindahkan ke tanjung Palah, tak berapa lama disana meninggal dunia dan dimakamkan disana hingga sekarang masih ada disana.
Selanjutnya Said Umar Baginda Sari menyiarkan agama islam sampai ke daerah Mandang suku 1 OKU, Bengkulu, Padang, dan beliau kawin dengan orang Madang suku 1 OKU. Setelah beliau menyiakan agama islam di daerah tersebut beliau pulang ke tanjung atap untuk bertemu dengan kawan-kawannya dan beliau meninggal dunia pada abad 16 M di tanjung atap di makamkan di pulau seberang Tanjung Atap. Sampai sekarang masih dipelihara dengan baik barang-barang bersejarah peninggalan beliau.
Barang-barang Bersejarah Peninggalan Beliau, yaitu:
1. Sebuah Tombak (Kujur)
2. Sebuah Tongkat yang berisikan senjata
3. Selembar sejada yang berlukis kota mekah, madina dan bertuliskan godam nabi tertera di telapak kaki, di atas selembar kain sutera yang berukuran 2x1 meter
KERAJINAN-KERAJINAN YANG ADA DI DESA TANJUNG ATAP
Terdapat beberapa kerajinan yang menjadi ciri khas dari desa Tanjung Atap ini sendiri diantaranya kerkerajinan tikar purun, kerajinan dari alumunium (seng). Sejarah kerajinan dari seng ini dikisahkan pada zaman dahulu ada sebuah pesawat terbang yang jatuh di sekitaran desa Tanjung Atap tersebut, kemudian oleh masyarakat setempat puing-puing pesawat tersebut di buat menjadi berbagai bentuk kerajinan dari alumunium. Dan sampai sekarang kerajinan tersebut masih diperoduksi oleh penduduk desa Tanjung atap sebagai sumber mata pencaharian bagi mayoritas penduduk desanya yang diproduksi oleh industri rumahan.
Berikut adalah contoh dari kerajinan-kerajinan penduduk Desa Tanjung Atap:
KERAJINAN DARI SENG (ALUMUNIUM)
KERAJINAN TIKAR PURUN
Kemudian untuk pemasaran dari hasil kerajinan itu sendiri biasanya masyarakat setempat memasarkannya ke Pasar-Pasar terdekat yang ada di sekitaran kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir, serta Ke berbagai Kabupaten Kota yang ada di Sumatra Selatan seperti: Pagar Alam , Lahat , Lubuk Linggau dan sekitarnya. Khusus untuk pemasaran ke berbagai Kabupaten Kota ini ialah pemasaran musiman mengituti kapan daerah-daerah yang menjadi tujuan pemasaraan tersebut sedang melakukan panen hasil Bumi di daerah mereka. Dan pemasaraan hasil kerajinan ini juga harus melihat kadar air, karena apabila pemasarn diakukan pada musim hujan kerajinan dari seng ini dapat berkarat jika terkena air.
PROFIL DESA TANJUNG ATAP KEC. TANJUNG BATU KAB. OGAN ILIR SUMSEL
1. SEJARAH DESA TANJUNG ATAP BARAT
Desa Tanjung Atap Barat mrupakan desa hasil pemekaran dari desa Tanjung Atap (induk) yang diresmikan oleh bapak Bupati Ogan Ilir 12 Januari 2007.
Desa Tanjung Atap Barat berpenduduk 2.053 jiwa, laki-laki 1.060 jiwa, perempuan : 933 Jiwa, epala keluarga 496 orang. yang sebagian besar bermata pencaian sebagai pengrajin Aluminium, tikar purun, pertukangan, petani, neayan dan lain-lain.
2. VISI DAN MISI TANJUNG ATAP BARAT
Visi: Mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan berakhlakul karima.
Misi:
1. Mewujudkan pemerintahan Desa Tanjung Atap Barat yang efektif dan efesien dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Meningkatkan derajat hidup masyarakat melalui upaya peningkatan pelayanan desa.
3. Mengembangkan sektor kerajinan, perternakan, dengan usaha ekonomi produkif.
4. meningkatkan keterampilan masyarakat pada sektor industri rumah tangga dalam ranga pengembangan usaha alternatif.
5. Mengembangkan pentingnya peningkatan sumber daya manusia melalui program wajib belajar.
6. Menghidupkan dan meningkatkan kembal kegiatan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di desa.
Motto: “ALUMINIUM”
3. KONDISI UMUM DESA
a. Geografis
Letak dan Luas Wilayah
Desa Tanjung Atap Barat merupakan salah satu dari 21 desa / kelurahan di wilayah Kecamatan Tanjung Batu yang terletak 3 KM ke arah selatan dari ibu kota Kecamatan Tanjung Batu. Desa Tanjung Atap Barat seluas : 15,20 Ha.
Iklim desa Tanjung Atap, sebagaimana desa-desa lainnya di wilaya Indonesia mempunyai musim kemarau dan musim penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang
Biografi Narasumber
Nama : Zainal Abadin
Alamat : Desa Tg.Atap Barat kampung 2 Rt 2 kec.Tg. Batu kab Ogan ilir
TTL : Tg.Atap, 12 Februari 1959
Status : Menikah, memiliki 1 istri yang bernama Tasya.Spd dan
memiliki 1 orang anak bernama Agung Fitrah.A.kap
Jabatan : Kades Tg.Atap Barat 13 Tahun
Motto : Menjadi orang yang berguna dan orang yang bermanfaat
positif bgi orang lain
Riwayat Pendidikan : SD 2 Tg. Batu, MTS Nurul Yaqin, SMA Paket C
Nama orang Tua : Ayah, Sihabuddin (almarhum) Ibu, Halimah
Nama mertua : H.Masron, Wajidah
Nama : Muhammad Ihsan
Alamat: Desa Tajung Atap
Status: Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang
Salam dari Yogyakarta
BalasHapusSalam juga dari Palembang
Hapus